Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2020

Kata Bijak Masa Depan

Dian Rusdi, 26 Mei 2017

BURUNG CAMAR DI ATAS TIANG PERAHU NELAYAN

1 senja yang sunyi daun-daun ketapang menari dipandu angin pesisir deru pawana menelantar kenangan ke sepanjang bibir 2 bocah-bocah kecil berlari membimbing layangan di bawah sisa cahaya menahannya dari terpaan angin tersangkut di batang nyiur tak berbuah benang terputus, harap mulai cemas 3 senja yang sunyi matahari pelan pergi layar-layar perahu berusaha tetap teguh burung camar bertengger di atas tiang menatap sisa cahaya matahari menunggu malam Bandung, 12. 0717

SEBUAH PUISI TENTANG CORONA "SAJAK UNTUK PECUNDANG"

Puisi : Dian Rusdi Judul : Sajak Untuk Pecundang Video & pembaca : Aisyah Amsal Siapakah yang datang mengendap-endap Lalu diam-diam ia memangsa Begitu cepat menyerang pernapasan Mengelabui tanpa berani terlihat  Mungkinkah dia seorang pecundang? Siapakah yang diam-diam menebar ancam Kota dan Desa kini begitu mencekam Meneror kami yang tak tahu apa-apa  Kehadirannya isyaratkan semua manusia Bisakah engkau merevisi takdir Tuhan, wahai Corona Kau yang datang dengan malu-malu Sembunyi di balik droplet dan debu Lalu menyerang tanpa ada perasaan Satu persatu engkau renggut nyawa manusia Pecundang! beraninya sembunyi-sembunyi Kau yang datang tanpa mau permisi Kenapa tak engkau mangsa saja para koruptor Para begal sadis dan maling-maling bebal negara Menari di atas luka rakyat-rakyat kecil Janganlah menyerang dengan asal Kepada kau yang selama ini membuat gunjing Yang memutus keramaian dengan kesepian Begitu najiskah bekasmu m

NEGERI TERUMBU

dian rusdi Di sini Di negeri yang rakyatnya masih mencari jejak masa lalu Yang hilang sejak datangnya serangan peluru tekhnologi Game-game kekinian telah menelan kaulinan tempo dulu Tempat kami menempa otak jauh dari bahaya radiasi  Di sini  Di negeri yang anak-anak zamannya mencari jejak keasrian Dari hutan sawah yang menjelma perumahan, pabrik,  dan kota Dari sungai-sungai harum yang kini berubah bau Di sini Di negeri yang rakyatnya tak henti berebut keadilan Tempat si miskin kehilangan data dan haknya Tempat si kaya berpura-pura menjadi si miskin Di saat bantuan sosial kemiskinan menghipnotis nurani  Di mana teriakannya lebih kencang dari suara perut lapar Kemudian mereka tak segan mencaci Di media sosial menghasut, memfitnah dengan keji  Melalui ponsel-ponsel pintar berkapasitas besar Melalui laptop dan komputer-komputer LED Sedangkan si miskin pasrah kepada keadaan Bingung ke mana dan melalui apa mereka harus mengadu Di sini  Di negeri para maling-mali

SAJAK TENTANG CORONA: " PANDEMI"

Dian Rusdi Bukan saatnya lagi saling menghujat Bukan saatnya pula kita saling memakan Virus corona telah memaksa setiap umat Menumbuhkan kembali rasa persatuan Bukan saatnya saling melukai Apalagi membuka luka-luka lama Tiba waktunya kini saling peduli Sabilulungan, saling menjaga Apakah tidak memerhatikan Betapa virus ini telah mengajarkan kita Akan pentingnya rasa kebersamaan, kesehatan Bahwa kita tidak ada apa apa di hadapan-Nya Apakah tidak menyadari Corona telah banyak mengajarkan kita Yang telah lama lupa cara merawat diri Lupa cara berbagi kasih dan cinta Yang lupa bagaimana cara berterima kasih Lupa arti keluarga dan kebersamaan Lupa, bahwa manusia makhluk sosial Terima kasih virus corona  Telah mengajarkan kami banyak hal Bandung 09 Mei 2020 Catatan: sabilulungan (sunda) artinya: bersama-sama atau bergotong royong

PERJALANAN SEPI

dian rusdi Tahun-tahun berlalu Kaki waktu terus berjalan Penyaksi panas dan redup matahari Musim-musim adalah penantian  Resah gelisah sentali dalam sarang Cuaca telah menulis kisah  Puisi-puisi bagai pelarian Taman taman menjadi hutan Air mata adalah sungai-sungai sepi Harapan rindang dan gugur Diempas angin kebisuan Bandung, 11 Mei 2020