Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

JEJAK

Begitu banyak waktu terbuang Tersia sudah dalam kelalaian Membayang di setiap degup kesepian Dan aku, menyaksikan daun-daun Gugur Begitu banyak putik-putik yang layu Pada ranggasnya pohon-pohon rindang Hanyalah kulit pembungkus tulang Pelan mengering tanpa makna Jejak-jejak lurus pun kulihat samar Pada memori yang hampir pudar Terlukis bagai; sebuah kematian Bandung 1901.16

LANGKAH PION!

dunia adalah arena kehidupan memaksa kita untuk terus bertarung selalu menawarkan kemenangan patutkah terkenang atau suatu ketidakpantasan jalan hidup seperti matahari redup terkadang terang langkahkan segenap ingin kalah mungkin awal luka itu tiada kekal baju bajamu tak bisa terus menahan terkadang kita harus menjadi diri sendiri sekecil apa kita di sana sebesar apa lajukan cita kalah menang gambar hakiki pantanglah untuk mundur Dian Rusdi, 2016

JENDELA KAYU

Pagi yang dingin Salju turun, matahari tertidur Daun-daun terpukul Aku di sini Menatapnya  Di antara salju yang turun Dari balik jendela kayu Pagi yang dingin Salju turun, seorang gadis bermenung Rindu hati pada alak paul Di mana Mentari Tinggal dan berlabuh Aku di sini Menatapnya  Di antara salju yang turun Dari balik jendela kayu Hujan pun menderas tak terbendung Dari berbaris awan di matanya Daun dan kuncup mulai membeku Rindunya semakin tak terkurung Aku di sini Menatapnya  Di antara salju yang turun Dari balik jendela kayu Dian Rusdi, 26.0916

CIUMAN KESTURI

Telah dilahirkan ---- manusia ke dunia Sebagian untuk kehidupan Sisanya untuk kematian Jalan hidup tak selamanya sama Semua t elah disusun dengan seksama Banyak merawat hidup Menanti keajaiban dengan doa-d oa  Tetap melangkahlah meski pincang Taman-taman indah menunggu membalas budi dengan anggur terbaik dan ciuman kesturi  Dian Rusdi,   28,0916

BENTANG

Bé ntang Di luhur nyorangan Kucap-kiceup seukeut neuteup Ninun asih, na lalambar jempling Ngarénda kamelang, ku karémpan Murag keclak na kiceupna, Lir gerentes mangsa simpé Angin nu mawa béja Jiga gondéwa nyiriwik meulah dada Meulah duriat nu karasa Béntang Di luhur nyorangan Teuteupna mimiti rempan Tuluy nyumput na papanto langit nginghak na purupuy hujan Béntang ... Mumunggang ka simpé, Des 2015 Terjemah* * BINTANG; Bintang Di atas menyendiri Kerlap-kerlip menatap tajam Sulam asih, di lembaran sepi Renda resah, dengan gundah Luruh tetes di kedipnya, Bagai bisik saat sunyi Angin nan membawa kabar Bagai lesat panah menembus dada Membelah rasa cinta terasa Bintang Di atas menyendiri Tatapannya mulai sayu Lalu sembunyi di pintu langit Tersedu pilu di guguran hujan. Bintang Mumunggang ka simpé, Des 2015 Dian Rusdi

MALATI BODAS

Sagagang malati bodas Nyacas ko tojo cahya bulan Nu n unggelis, lir malati ngan sahiji Jempling mawa panglamunan Ngayap-ngayap saban gambaran Warnana geus teu mangrupa surem, kabinasa mangsa Aya sora anjeun Ngahiji jeung gumuruh jempling Ngaguar-guar carita ilang Katiruk waktu teu kahontal Anjeun, muntang pageuh ingetan Lir malati; nunggelis gugupay Mumunggang ka simpé Bandung 17.06 terjemahan; MELATI PUTIH Setangkai melati putih Terang tersinar cahaya bulan Menyendiri, bagai melati yang satu Sepi membawa angan Meraba-raba setiap gambaran Warnanya sudah tak berupa Suram, terbunuh masa Ada suaramu Menyatu dalam gemuruh sepi Bercerita kembali cerita hilang Terpanah waktu tak sampai Kau, memegang kuat ingatan Bagai melati, sendiri melambai Mumunggang ka simpé Bandung 17.06

MEMOAR

Sendu malam mendayung kenangan Pias memucat di telaga sunyi Ada gerimis jatuh dari pandangan Menutup sebagian cahaya lalu Masihkah ada---di sana aku? Hari-hari masih seperti dulu Tak ada yang berubah dalam hatiku Waktu terasa begitu cepat Meski Sadarku terkadang sirna dalam pekat Ah kau:  Selalu hadir menyerupa memoar Bandung 27.04.16

PASRAH

Seandainya; Ada satu jalan mempertemukan kita Betapa semua tak mudah, menjadi sebuah realita Begitu licin penuh batu Sedang perahu kian menepi dermaga senja Tak ada yang lebih memilukan Selain sendiri dalam penantian Suara-suara hanya selintas bagai angin Setelahnya hilang lalu entah Banyak yang terlintas dalam otak Meski mata selalu mencoba terjaga Melukis wajahmu pada bisu bintang-bintang Perjalanan ini sungguh nestapa Seandainya; Ada satu jalan mempertemukan kita Betapa semua tak mudah, untuk sebentuk satu Terjal dan berliku Bagai lapis labirin begitu membingungkan Sepi mendayu-dayu Bagai aku di hatimu Bandung 05.0516 

MASIH

Masih kusimpan senyummu di riang pagi Sehangat mentari menyapa hati Masihkah engkau menyimpan rindu Waktu tanpamu berasa rancu Kembali kutelusur musim Setiap detik bagai tikungan Kadang langkah harus bermukim Harapan mungkinkah sebatas angan Masih kusimpan senyummu dalam penat Akrab menemani niat hakikat Mematri waktu-waktu yang retak Setiap saat rindu hati berontak Lalu pada apa harus aku buktikan Sedang langkahmu, terlampau jauh meninggalkan Bandung 08.0516

JUDUL PADA SEBUAH PUISI

INTERMEZZO (tentang judul) Membuat puisi itu tidak seperti membuat cerpen atau novel pada umumnya. Di mana dikonsep dari judul dan cerita serta endingnya agar terlihat cantik dan menarik. Meskipun, sama-sama genre dalam sastra. Apalagi jika kita membuat judul sebelum terpikir kata-kata hasilnya akan kurang efisien---terkesan dipaksa. Sebab sebuah karya itu bukan dinilai oleh penulis tetapi oleh pembaca. Mungkin di antara kita pernah membaca atau menemukan sebuah judul yang tidak nyambung dengan isi dan arti dari puisi tersebut. Itu bisa karena faktor kesengajaan dari penulis untuk menyamarkan cerita juga bisa karena salah satunya membuat puisi dengan mendahulukan judul terlebih dahulu tanpa bisa membuat isi sesuai dengan yang dikonsepnya. Pada pembuatan judul yang agar terasa lebih maksimal adalah setelah terpikir kata-kata. Kemudian kit a susun dan ikuti ke mana arah alur pikiran serta perasaan itu. Setelah itu tentukan judul yang pas dengan apa yang sudah tertulis terse

PENGECUT

Pengecut Bertolak pinggang Bersilat lidah di belakang Memprovokasi, menghasut jauh dari kenyataan Merasa paling benar Tak sadar,  kenyataan dialah yang terbakar Pengecut Tunggang langgang Bandung, 01.0616

TANGISAN POHON KERING KEPADA LANGIT

Aku berdiri pada sisa waktu Entah esok mungkin lusa Tubuhku kian membungkuk tanpa baju Terkapar dipenggal realita Sedangkan akar yang tertanam Kering perlahan dalam diam Aku dan jiwaku menanti waktu Mengiba kepada langit Memohon kepada awan-awan Namun, semakin keras teriakku Semakin engkau ketus  Duduk berleha pada singgasana Menatap warna baju, kulit dan mata Sangat jauh dari mahkota Matahari... Bekas kakimu terlihat  Pada punggung-punggung rumput Punggung pohon, gunung Sawah, tanah, hutan, dan lautan Kau bakar sebagian raga mereka Warna-warna berganti rupa Sebagian menghilang tak kembali Berganti perumahan, pabrik dan gedung tinggi Kau tersenyum di atas kursi Sedangkan aku, hanya sebuah pohon kering Begitu kecil aku di sana Menunggu mati tiada daya Menanti hujan membasuhkan luka. Dian rusdi 21.0916

KITA

Waktu, berlalu Cerita tertinggal Semua tinggalah: Entah dian rusdi 160916

FUNGSI BLOG

Nama "BLOG" memang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Terlebih bagi orang-orang setiap harinya atau lebih tepatnya sering berselancar di dunia cyber. Blog itu sendiri adalah multi fungsi. Selain bisa untuk toko online atau webstore, juga untuk foto, menyimpan data tulisan/arsip riwayat perjalanan, artikel pengetahuan----berita, tutorial, dll.  Tak lepas dari banyak orang yang memanfaatkannya untuk hal positif namun banyak juga yang negatif. Sebagi contoh "penyebar kebencian, pengasutan atau pembodohan, perusak moral dan keimanan serta lain-lain. Meski begitu semua tak lepas juga dari pola pikir atau bagaimana kita menyimak serta menyingkapinya. Karena dunia cyber adalah salah satu langkah mudah untuk mencapai ribuan bahkan milyaran orang agar bisa melihat apa yang kita share. Tidak sedikit orang yang memanfaatkan namun tidak berkembang. Tetapi tidak sedikit pula orang yang sukses karenanya. Meski ada juga yang terjadi sebaliknya namun itu dikembalikan lagi