Skip to main content

JUDUL PADA SEBUAH PUISI

INTERMEZZO (tentang judul)

Membuat puisi itu tidak seperti membuat cerpen atau novel pada umumnya. Di mana dikonsep dari judul dan cerita serta endingnya agar terlihat cantik dan menarik. Meskipun, sama-sama genre dalam sastra. Apalagi jika kita membuat judul sebelum terpikir kata-kata hasilnya akan kurang efisien---terkesan dipaksa. Sebab sebuah karya itu bukan dinilai oleh penulis tetapi oleh pembaca. Mungkin di antara kita pernah membaca atau menemukan sebuah judul yang tidak nyambung dengan isi dan arti dari puisi tersebut. Itu bisa karena faktor kesengajaan dari penulis untuk menyamarkan cerita juga bisa karena salah satunya membuat puisi dengan mendahulukan judul terlebih dahulu tanpa bisa membuat isi sesuai dengan yang dikonsepnya.
Pada pembuatan judul yang agar terasa lebih maksimal adalah setelah terpikir kata-kata. Kemudian kita susun dan ikuti ke mana arah alur pikiran serta perasaan itu. Setelah itu tentukan judul yang pas dengan apa yang sudah tertulis tersebut. Tetapi di sini saya tidak bilang sepenuhnya judul bisa dibuat setelah membuat karya. Saya bilang ini dengan kata "rata-rata". 

Jika kita membuat puisi secara menurut pemikiran "dasar" memang iya, semua memakai konsep. Namun itu hanya untuk membantu membimbing teknik puisi pada tingkat dasar, seperti yang sering kita temukan pada buku-buku panduan atau trik menulis puisi dsb. Di mana di sana ditulis bagaimana membuat puisi, apa saja yang harus disiapkan. Itu adalah tahap-tahap membuat puisi tahap dasar untuk memandu pikiran kita semakin berkembang. Sebab pada kenyataannya membuat puisi itu tidak mudah dan tidak bisa dipaksa. Karena ada saatnya inspirasi itu datang ada pula saatnya inspirasi itu tidak ada---low imagine. 

Pada intinya meskipun kita sudah membuat judul untuk konsep sebuah puisi tetap saja bukan sebuah patokan untuk terciptanya sebuah puisi. Karena puisi itu hakikatnya lahir tanpa konsep dan tanpa paksaan, tanpa mengenal tempat dan keadaan jika memang harus datang ia akan datang dengan sendirinya. Bisa datang di mana saja kapan saja. Di saat waktu yang memang tidak bisa ditentukan. Bisa kita sedang jalan tiba-tiba datang inspirasi, sedang makan, sedang sendiri, sedang berkumpul dengan teman, sedang galau, melihat pemandangan, perasaan tidak sesuai dengan apa yang terjadi., dll.

Namun yang harus diketahui, jika puisi sudah berkonsep maka puisi yang ditulis tersebut biasanya terasa hambar. Karena kata-kata dan ceritanya tidak murni mengalir dari hati dan pikiran sebab telah direka-reka dihadirkan secara paksa karena dipaksa harus sesuai dengan judul yang telah dibuat terlebih dulu, bukan mengalir begitu saja tanpa paksaan. Meskipun yang diungkapkannya adalah bahasa jiwa atau sebuah ungkapan hati, tetapi tetap ada kata dipaksa harus sesuai dengan judul yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.
Tetapi, jikalau memang ada sebagian dari kita yang memegang prinsip pembuatan puisi yang selalu membuat judul terlebih dahulu, itu pun tidak salah karena yang penulis sebutkan di sini adalah jika ingin lebih maksimal.

Semoga ke depannya semakin berkembang dengan kata-kata yang seolah tidak lagi dipaksa karena harus sesuai dengan judul yang sudah ada.
Lain halnya dengan pemikiran judul itu kita taruh belakangan, kita akan konsen dengan larik yang mengalir dari pikiran kita, meskipun kata-kata itu disesuaikan dipertimbangkan tetapi tidak jadi paksaan seperti halnya kita membuat judul terlebih dahulu yang lariknya dipaksa harus sesuai dengan judul yang telah lebih awal dibuat itu.

Semoga bermanfaat (Dian Rusdi - Mei 2016)


..
Terima kasih.

Comments

Popular posts from this blog

SAJAK UNTUK AYAH